Sistem
Kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah . Jantung yang merupakan
organ pemompa serta pembuluh darah yang merupakan pipa yang panjang yang
mempunyai peranan dalam mengedarkan oksigen, zat makanan, hasil metabolism dan
hormone kedalam sel-sel tubuh.
1. Pengkajian
Riwayat Kesehatan
· Kaji
riwayat merokok, penggunaan alkohol, pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan,
dan pola diet termasuk pemasukannya
· Apakah
klien mendapat pengobatan untuk fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui
kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?
· Tanyakan
apakah klien mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada dada, palpitasi,
kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada kaki, pingsan atau ortopnea.
Apakah gejala-gejala ini terjadi.
2. Pemeriksaan
Fisik
·
Keadaan Umum Pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan
untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu
diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi,
dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.
3.
Pemeriksaan
Khusus
·
Inpeksi dan palpasi
Area Jantung ( prekordial ) di inspeksikan dan di palpasikan secara
silmutan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan (
heaves ). Palpasi dilakukan secra
sistematis mengikuti struktuk anatomi jantung mulai dari area aorta, area
pulmonal, area trikuspidalis, area apical dan area epigrastik.
Cara Palpasi:
·
Perkusi
Perkusi jantung dilakukan untuk
mengetahui ukuran dan bentu jantung secara kasar. Seorang tenaga kesehatan
melakukan perkusi jantung hanya dalam keadaan yang sangat diperlukan. Perkusi
dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter (
landasan ) rapt-rapat pada dinding dada. Untuk melakukan perkusi jantung
seorang tenaga kesehatan hendaklah mengetahui batas-batas jantung. Baras kiri
jantung umumnya tidak lebih dari 4, 7 dan 10 cm kea rah kiri dari garis
midsternal pada spasium interkostalis ke 4, 5 dan 8.
·
Auskultasi
Jantung dapat didengar dengan teknik
auskultasi dengan menggunakan alat yang bernama steteskop. Bunyi jantung itu
ada dua yaitu “lup” yang timbul karena
adanya penutupan katup mitralis dan trikuspidalis, dan S2 atau “dup” terjadi karena adanhya proses
penutupan katup aorta dan pulmonalis. Jarak daripada bunyi S1 dan S2 ini
anatara 1 detik atau kurang.
Auskultasi harus dilakukan pada lima
area auskultasi utama dengan menggunakan steteskop bagian difragma kemudian
dengan bagian bell (sungkup). Gunakan tekanan yang lembut sewaktu menggunakan
bagian difragma dan tekanan yang mantap ketika menggunakan bagian bell.
Lima Area utama yang digunakan untuk mendengar
bunyi jantung adalah:
Ø Katup
Aorta
Ø Pulmonalis
Ø Trikuspidalis
Ø Apikal
Ø Epigastrik
Mengukur Vital Sign
Beberapa
pemeriksaan Tanda vital yang sering digunakan dan relatif lebih mudah
dikerjakan, seperti pemeriksaan :
a.
Pemeriksaan
Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan hasil
keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke
lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari :
- Metabolisme
dari makanan ( Basal Metabolic Rate )
- Olahraga
- Shivering
atau kontraksi otot skelet
- Peningkatan produksi hormon
tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )
- Proses
penyakit infeksi
- Termogenesis
kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari
rangsangan langsung simpatetik ).
Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Ø
Umur
Ø
Aktifitas
tubuh
Ø
Jenis Kelamin
Ø
Perubahan
emosi
Ø
Perubahan
Cuaca
Ø
Makanan,
minuman, rokok, dan lavemen
a. Alat Pengukur
Suhu Tubuh
Secara umum
pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass thermometers). Skala
yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius ( Centigrade) yang
mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik didih 100
derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan tinggi
dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik , banyak dipakai pada kondisi
kegawatan.
b. Pengukuran Suhu
Tubuh
Pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut (oral), anus (rectal),
ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ) . Masing- masing tempat
mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7
F) lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari
pada oral . Di Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan
suhu aksila.
Pemeriksaan
Suhu Aksila dengan Termometer Air Raksa
Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun
kurang akurat. Penggunaan sering dilakukan pada :
1. Anak
2. Pasien dengan radang mulut
3. Pasien yang bernapas dengan mulut
atau menggunakan alat bantu napas
Persiapan pemeriksaan suhu :
1).
persiapan peralatan
1. Cucilah
tangan
2. Siapkan
soft tissue atau lap bersih
3. Siapkan
buku pencatat suhu dan alat tulis
4. Sebuah handuk bersih
untuk membersihkan keringat pasien
2).
Persiapan pasien
1. Jagalah
privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup.
2. Jelaskan kepada
pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila
3.
Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.
3). Cara
pemeriksaan
1. Pegang
termometer pada bagian ujung yang tumpul.
2.
Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam
desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih
3.
Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan
tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius
4. Bukalah
lengan pasien.
5. Bersihkan
keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue
6. tempelkan
termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien keatas
dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan lembut.
7. Biarkan
selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.
8. Angkat
termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak rotasi.
9. Bacalah tingkat
air raksa sejajar dengan mata pemeriksa.
10. Turunkan
tingkat air raksa <>0C.
11.
Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.
12. Cuci
tangan.
13.
Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
b. Pemeriksaan
Nadi
Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam
pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat
dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang
jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan
sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk
merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis,
radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling
sering dilakukan yaitu :
1. Arteri radialis
Terletak
sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada
sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2. Arteri Brankialis
Terletak
di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa
antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest
pada infant
3. Arteri Karotid
Terletak
dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara
trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus
cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak
Frekuensi
denyut nadi
manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada
saat aktifitas normal :
· Normal :
60 – 100 x / menit,
· Bradikardi
: <>
·
Takhikardi : > 100. x / menit
Denyut
nadi pada saat tidur yaitu :
Ø
Bayi baru lahir 100 – 180 x/menit
Ø
Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220 x/ menit
Ø
Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150 x/menit
Ø
usia 10 –21 tahun 60 – 90 x/menit
Ø
Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100 x/menit
Berdasarkan
kuat dan lemahnya denyut arteri diklasifikasikan :
Ø
Tidak teraba denyut : 0
Ø
Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
Ø
Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak
mudah hilang : +2
Ø
Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul
terhadap ujung jari serta tidak mudah hilang : + 3
1. PEMERIKSAAN FREKUENSI NADI
Pemeriksaan frekuensi nadi yang umum dilakukan adalah sebagai
berikut :
A. Pemeriksaan frekuensi denyut arteri radialis
1) Persiapan alat
Ø
Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum
detik, stop watch)
Ø
Buku catatan nadi ( kartu status )
Ø
Alat tulis
2) Persiapan pasien
Ø
Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang
akan dilakukan
Ø
Buatlah pasien rilek dan nyaman .
3) Cara pemeriksaan
Ø
Cuci tangan pemeriksa
Ø
minta pasien untuk menyingsingkan baju yang
menutupi lengan bawah
Ø
Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha
dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan
menghadap atas.
Ø
Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk
radial pada pergelangan tangan
Ø
Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang
teratur
Ø
Hitung denyut tersebut selama satu menit ,
Ø
Informasikan ke pasien dan catat hasil
pemeriksaan pada buku.
B. Pemeriksaan frekuensi denyut arteri brakialis
1) Persiapan alat
Ø
Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum
detik, stop watch)
Ø
Buku catatan nadi ( kartu status )
Ø
Alat tulis
2) Persiapan pasien
Ø
Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang
akan dilakukan
Ø
Buatlah pasien rilek dan nyaman
3) Cara pemeriksaan
Ø
Cuci tangan pemeriksa
Ø
Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi
lengan atas
Ø
Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha
dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan
menghadap atas.
Ø
Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan
trisep diatas siku)
Ø
Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang
teratur
Ø
Hitung jumlah denyut selama satu menit
Ø
Informasikan ke pasien dan catat hasil
pemeriksaan pada buku
C. Pemeriksaan frekwensi denyut arteri karotis
1) Persiapan alat
Ø
Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum
detik, stop watch)
Ø
Buku catatan nadi ( kartu status )
Ø
Alat tulis
2) Persiapan pasien
Ø
Jelaskan pada pasien tentang perlunya
pemeriksaan ini.
Ø
Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin
3) Cara pemeriksaan
Ø
Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih
Ø
minta pasien melepaskan baju sehingga bagian
leher terlihat jelas
Ø
pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan
diatas paha
Ø
Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut
arteri karotis
Ø
Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada
sisi arah yang berlawanan dengan yang akan diperiksa
Ø
Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan
terlalu keras untuk menghindari rangsangan sinus karotid
Ø
Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk
palpasi sekitar otot sternokleidomastoideus bagian medial
Ø
Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik
atau menghembuskan napas
Ø
Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu
untuk 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung
selama 1 menit.
C. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari
pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan
gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang
disebut tekanan diastole.
Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse pressure. Satuan Tekanan darah dinyatakan
dalam millimeter air raksa (mm hg).
Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus,
terpasang shunt arterivena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan
limfe, lengan/ tangan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau
balutan keras.
1) Persiapan alat
1. sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset.
2. stetoscope
3. antiseptik
2) Persiapan pasien
1. Jelaskan kepada pasien tentang perlunya pemeriksaan
tekanan darah
2. Jelaskan bahwa lengan akan dipasangi manset yang bila
dipompa akan menekan, sehingga terasa tidak enak/ kesemutan .
3) Cara pemeriksaan
1. pemeriksa mencuci tangan
2. mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan
diperiksa, sehingga tidak ada penekanan pada a. brachialis.
3. posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk
yang nyaman dengan lengan bagian volar diatas.
4. Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien
5. pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan
setinggi jantung, dengan bagian bawah manset 2 – 3 cm diatas fossa kubiti dan
bagian balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis.
6. pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.
7. Istirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran.
Dan pastikan pasien merasa santai dan nyaman.
8. hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi
tegak dan level air raksa setinggi jantung.
9. raba denyut a. brachialis pada fossa kubiti dan a.
radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah ( untuk memastikan tidak ada
penekanan )
10. pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan
air raksa ( agar pembacaan hasil pengukuran tepat )
11. tutup katup pengontrol pada pompa manset
12. pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa,
raba denyut a. brachialis
13. pompa manset sampai denyut a brachialis tak teraba lagi
14. kemudian pompa lagi sampai 20 – 30 mm Hg ( jangan lebih
tinggi, sebab akan menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan
meningkatkan tensi )
15. letakkan kepala stetoskop diatas a brachialis
16. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air
raksa turun dengan kecepatan 2 – 3 mm Hg per detik atau 1 skala perdetik
17. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama
arteri brachialis ( Korotkoff I ) è ini adalah tekanan sistolik
18. pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan
suara yang tiba-tiba melemah ( Korotkoff IV ) è tekanan diastolik
19. lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari
lengan pasien.
20. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan
disinfektan
21. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik
22. informasikan pada pasien hasil pemeriksaan dan Catat pada
kartu status
D. PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAPASAN
Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup
oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan.
Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan
mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/
inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan
pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.
Frekuensi
napas normal tergantung umur :
Ø
Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
Ø
Usia <>
Ø
usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
Ø
dewasa 16 – 20 x/menit.
Ø
Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih
dari 24 x/menit
Ø
Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
Ø
Apnea : Bila tidak bernapas .
1). Persiapan alat
1. Alat
pengukur waktu (jam, stopwatch)
2. Buku
pencatat
3. Alat
pencatat (pensil, pena)
2). Persiapan pasien
1.
Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas
2. Posisi
pasien berbaring, kecuali dalam kondisi tertentu.
3). Cara pemeriksaan
- tempatkan
satu telapak tangan pasien diatas dada
- Rasakan
gerakan napas dengan memegang tangan pasien atau dengan melihat gerakan
dada/ tangan yang naik turun. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekhalasi)
dihitung 1 frekuensi napas
- Hitung
frekuensi napas selama satu menit
- informasikan
hasil pemeriksaan dan catat pada status
E. PEMERIKSAAN BERAT BADAN
1).
Persiapan alat
1.
timbangan badan
2. alat
pencatat
2).
Persiapan pasien
1.
Jelaskan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan
3).
Cara pemeriksaan
1.
pastikan timbangan badan berfungsi baik dan stel penunjuk pada titik nol.
2.
pastikan tidak ada beban ditubuh pasien yang mempengaruhi penimbangan.
3. pasien
diminta naik keatas timbangan atau bila bayi baringkan diatasnya.
4.
perhatikan angka tempat penunjuk berhenti
5.
informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status
F. PEMERIKSAAN TINGGI BADAN
1).
Persiapan alat
1. meteran
pengukur tinggi badan
2.
penggaris atau sejenis
2).
Persiapan pasien
1.
Jelaskan proses dan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan
3).
Cara pemeriksaan
1.
pastikan meteran pengukur berfungsi baik ( tergantung macam )
2. minta
pasien berdiri tegak sejajar pengukur
3.
pemeriksan menggunakan penggaris atau sejenis menaruh di ubun-ubun pasien
sejajar dengan tempat pijakan
4.
perhatikan angka yang ditunjuk oleh penggaris ( centimeter / inchi )
5.
informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status.
E. PEMERIKSAAN ELASTISITAS KULIT
Elastisitas kulit atau turgor menggambarkan keadaan
keseimbangan cairan tubuh . secara sederhana dengan melakukan pemeriksaan
turgor kulit . dapat diketahui derajat kekurangan cairan tubuh ( dehidrasi ).
1). Persiapan alat
1. stop
watch
2. tissue
2). Persiapan pasien
1.
Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas
2. Posisi
pasien berbaring, atau duduk.
2)
cara pemeriksaan
1.
pastikan bagian ( lengan / perut ) yang akan diperiksa terbuka
2.
bersihkan kulit yang akan diperiksa dengan tissue
3.
pemeriksa menjepitkan ibu jari dan telunjuk pada kulit,
4.
lepaskan jepitan dan perhatikan waktu yang diperlukan kulit untuk kembali
seperti semula ( dalam detik ).
5.
informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status
PEMERIKSAAN EKG
Pengertian
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari
perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam
jantung.
Elektrokardiogram
adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu.
Kegunaan
EKG adalah :
Ø Mengetahui
kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
Ø Mengetahui
kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)
Ø Mengetahui
adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
Ø Mengetahui
adanya gangguan elektrolit
Ø Mengetahui
adanya gangguan perikarditis
Cara merekam EKG
Persiapan
alat :
- Mesin
EKG yang dilengkapi 2 kabel
Ø
Satu kabel untuk listrik (power)
Ø
Satu kabel untuk ground
Ø
Satu kabel untuk pasien
2.
Plat elektrode yaitu
Ø Elektrode
ekstremitas diikatkan dengan ban pengikat khusus
Ø Elektrode
dada dengan balon penghisap
3.
Jelly elektrode/air
- Kertas
EKG
- Kertas
tissue
Cara menempatkan elektrode :
1.
Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan
tangan kanan dan searah dengan telapak tangan
- Elektrode
ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam
Pemasangan
pada pergelangan tidak mutlak, bisa diperlukan untuk dapat dipasang sampai paha
kiri atau kanan
Kabel
yang dihubungkan :
Ø Merah
untuk Lengan kanan (RA)
Ø Kuning
untuk Lengan kiri (LA)
Ø Hijau
umtuk Tungkai kiri (LL)
Ø Hitam
umtuk Tungkai kanan (RL) : ground
3.
Elektrode dada (prekordial) terpasang
Ø V1
: Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
Ø V2
: SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
Ø V3
: ditengah diantara V2 dan V4
Ø V4
: SIC ke V garis mid klavikula kiri
Ø V5
: Sejajar V4 garis aksilaris kiri
Ø V6
: Sejajar V6 garis mid aksilaris
Ø V7
: Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
Ø V8
: Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
Ø V9
: Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)
4.
Hidupkan mesin EKG
Ø Periksa
kembali standarisasi EKG dengan :
Ø Kalibrasi
1 milivolt è akan memberikan gelombang setinggi 10 mm
Ø Kecepatan
25 mm per detik
Ø Lakukan
kalibrasi dengan menekan tombol start/run. Setelah kertas EKG bergerak, tekan
tombol kalibrasi untuk memeriksa apakah gelombang EKG sesuai 10 mm/1MV, dengan
memindahkan lead selektor buat perekaman EKG berturut-turut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar