A. Pengertian
Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah
dikarenakan kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif
pada saat systole. Akibat kekurangan penyediaan darah, menyebabkan kematian sel
dari kekurangan oksigen. Cerebral hypoxia, atau kekurangan penyediaan oksigen
ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran danberhenti bernafas dengan
tiba-tiba. (Wikipedia)
Selain itu, gagal jantung juga
merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.Simtoma
paraklinis yang ditemukan pada gagal jantung terutama adalah disfungsi sel
jantung, antara lain mekanisme pembersihan kalsium dari sitoplasma, defisiensi
retikulum sarkoplasmabeserta protein transpor Ca-ATPase dan regulator
fosfolamban.
Gagal jantung adalah gawat medis
yang bila dibiarkan tak terawat akan menyebabkan kematian dalam beberapa menit.
Perawatan pertama utama untuk gagal jantung adalah cardiopulmonary resuscitation.
Ada beberapa istilah yang
terkait erat dengan gagal jantung , dan dapat menjadi penyebab gagal jantung:
§
Serangan jantung , dan detak jantung keduanya merujuk pada situasi di mana
tidak ada “cardiac output” sama sekali. Tanpa perawatan segera, ini
mengakibatkan kematian mendadak.
§
Serangan jantung mengacu pada penyumbatan dalam arteri (jantung) koroner
mengakibatkan kerusakan otot jantung.
§
Kardiomiopati mengacu khusus untuk masalah dalam otot jantung, dan masalah
ini biasanya menghasilkan gagal jantung. Iskemik kardiomiopati menyiratkan
bahwa penyebab kerusakan otot adalah penyakit arteri koroner. Dilated
cardiomyopathy menyiratkan bahwa kerusakan otot telah mengakibatkan pembesaran
jantung. Hipertrofik kardiomiopati melibatkan pembesaran dan penebalan dari
otot jantung.
Gagal jantung adalah
suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi
adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup (Paul Wood,
1958). Gagal jantung juga dikatakan sebagai suatu sindroma dimana fungsi
jantung berhubungan dengan penurunan toleransi latihan, insidensi aritmia yang
tinggi, dan penurunan harapan hidup (Jay Chon, 1988). European Society of Cardiology,
1995 juga menjelaskan adanya gejala gagal jantung yang reversible dengan
terapi, dan bukti objektif adanya disfungsi jantung.
B. Klasifikasi Gagal Jantung
Ada banyak cara yang
berbeda untuk mengkategorikan gagal jantung, termasuk:
§ sisi jantung yang terlibat, (kiri
gagal jantung dibandingkan kanan gagal jantung )
§ apakah kelainan ini disebabkan
kontraksi atau relaksasi jantung (disfungsi sistolik vs disfungsi diastolik )
§ apakah masalah ini terutama
peningkatan tekanan vena kembali (balik) jantung, atau kegagalan untuk
menyediakan perfusi arteri yang memadai (di depan) jantung (mundur vs maju
kegagalan)
§ apakah kelainan ini disebabkan
cardiac output rendah dengan resistensi vaskular sistemik atau output yang
tinggi jantung tinggi dengan resistensi vaskular rendah (low-output gagal
jantung vs high-output gagal jantung )
§ derajat gangguan fungsional yang
diberikan oleh kelainan (seperti dalam klasifikasi fungsional NYHA)
Fungsional klasifikasi
umum bergantung pada Klasifikasi New York Asosiasi Jantung Fungsional. Kelas
(I-IV) adalah:
Kelas I : tidak ada pembatasan
berpengalaman dalam setiap kegiatan, tidak ada gejala dari aktivitas biasa.
Kelas II : sedikit, ringan
pembatasan kegiatan; pasien nyaman pada saat istirahat atau dengan tenaga
ringan.
Kelas III : pembatasan ditandai aktivitas apapun, pasien nyaman hanya pada
istirahat.
Kelas IV : setiap aktivitas fisik
membawa pada ketidaknyamanan dan gejala terjadi saat istirahat.
Skor ini dokumen
keparahan gejala, dan dapat digunakan untuk menilai respon terhadap pengobatan.
Sedangkan penggunaannya meluas, nilai NYHA sangat tidak reproducible dan tidak
andal memprediksi jarak berjalan kaki atau toleransi latihan pada pengujian
formal.
Pada tahun 2001 nya
pedoman, American College of Cardiology / American Heart Association
memperkenalkan empat kelompok kerja tahap gagal jantung:
Tahap A : Pasien yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan HF di masa depan namun tidak ada gangguan jantung fungsional atau
struktural;
Stadium B : Gangguan jantung struktural tetapi tidak ada
gejala pada setiap tahap;
Tahap C : Gejala sebelumnya atau saat gagal jantung
dalam konteks masalah jantung yang mendasarinya struktural, tetapi dikelola
dengan pengobatan medis;
Tahap D : Penyakit lanjut memerlukan dukungan
berbasis rumah sakit, transplantasi jantung atau perawatan paliatif.
Sistem pementasan ACC
berguna dalam bahwa Tahap A meliputi "pra-gagal jantung”, tahap di mana
intervensi dengan pengobatan mungkin dapat mencegah perkembangan gejala
terbuka. Tahap ACC A tidak memiliki kelas NYHA terkait. Tahap B ACC akan sesuai
dengan NYHA I. Kelas ACC Tahap C sesuai NYHA kelas II dan III, sedangkan Tahap
tumpang tindih D ACC dengan NYHA kelas IV.
Berdasarkan bagian
jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung
terbagi atas :
o Gagal jantung kiri (Decompensatio cordis sinistra)
Gagal jantung kiri atau
gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah
oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan
akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir diastolic dalam ventrikel
kiri meningkat.
o Gagal jantung kanan (Decompensatio cordis dextra)
Gagal jantung kanan
karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi
sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung
kiri.
o Gagal jantung kongestif (Congestive Hearth Failure)
Bila gangguan jantung
kiri dan jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan gagal jantung
kongestif, curah jantung menurun sedemikian rupa sehingga terjadi bendungan
sistemik bersama dengan bendungan paru.
C. Penyebab
Terjadinya gagal jantung secara umum dapat disebabkan oleh:
1. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna
mengakibatkan isi sekuncup ( stroke volume) dan curah jantung (cardiac output)
menurun.
2.
Beban
tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yangb berlebihan diluar kemampuan ventrikel
(systolic overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga
menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.
3.
Beban
volum berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel
(diastolic overload) akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic
dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan
meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus
bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan
menurun kembali.
4.
Peningkatan
kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya
kerja jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan
gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
5.
Gangguan
pengisian (hambatan input).
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran
masuk ke dalam ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
Selain
itu, gagal jantung juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
§
Hipertensi
§
Ischaemic heard disease
§
Alcohol
§
Hypothyroidsm
§
Congenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical septal defek)
§
Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif)
§
Infections
§
Nutritional
§
dll
Gagal jantung kiri dapat
disebabkan oleh:
§ penyakit jantung koroner
§ penyakit katup aorta
§ hipertensi
Sedangkan gagal jantung
kanan dapat disebabkan oleh:
§ penyakit jantung koroner
§ penyakit katup aorta
§ hipertensi
§ stenosis mitral yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru.
D. Tanda dan Gejala Gagal Jantung
Gagal
jantung sulit untuk mendiagnosis karena gejala mungkin halus dan sering keliru
untuk tanda-tanda normal dari penuaan. Gejala-gejala yang umum dan dapat mewakili
penyakit lainnya.
a. Gejala umum yang mungkin menandakan gagal jantung
adalah:
§ Kesulitan bernapas
o Sesak napas dari tangga berjalan atau
kegiatan sederhana (dispnea)
o Kesulitan bernapas saat istirahat
atau berbaring
o Terbangun terengah-engah di malam
hari (dispnea nokturnal paroksismal)
o Membutuhkan lebih dari dua bantal
untuk tidur (ortopnea)
o Kelelahan / Latihan Intoleransi
§ Mudah lelah
o Pembengkakan kaki, pergelangan kaki
atau kaki (edema)
o Rasa kelelahan
§ Batuk
o Sering batuk
o Batuk yang menghasilkan lendir atau
pink, darah-biruan dahak
o Batuk kering, hacking ketika
berbaring datar di tempat tidur
b. Gejala pada gagal jantung kiri adalah:
- § Perasaan badan lemah
- § Cepatl lelah
- § Berdebar-debar
- § Sesak nafas
- § Batuk Anoreksia
- § Keringat dingin.
- § Takhikardia
- § Dispnea
- § Paroxysmal nocturnal dyspnea
- § Ronki basah paru dibagian basal
- § Bunyi jantung III
c. Gejala pada gagal jantung kanan adalah:
- § Edema tumit dan tungkai bawah
- § Hati membesar, lunak dan nyeri tekan
- § Bendungan pada vena perifer (jugularis)
- § Gangguan gastrointestinal (perut kembung, anoreksia dan nausea) dan asites.
- § Berat badan bertambah
- § Penambahan cairan badan
- § Kaki bengkak (edema tungkai)
- § Perut membuncit
- § Perasaan tidak enak pada epigastrium.
- § Edema kaki
- § Asites
- § Vena jugularis yang terbendung
- § Hepatomegali
d. Gejala pada gagal jantung kongestif:
Kumpulan gejala gagal
jantung kiri dan kanan.
E. Patogenesis Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan
kelainan multisitem dimana terjadi gangguan pada jantung, otot skelet dan
fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan neurohormonal
yang kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri
yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan
aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem Renin – Angiotensin –
Aldosteron (system RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide yang
bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas jantung dapat
terjaga (Jackson G, 2000).
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac
output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta
vasokons-triksi perifer (peningkatan katekolamin). Apabila hal ini timbul
berkelanjutan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, hipertofi dan
nekrosis miokard fokal (Jackson G, 2000).
Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin, angiotensin
II plasma dan aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor renal yang
poten (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik yang merangsang pelepasan
noradrenalin dari pusat saraf simpatis, menghambat tonus vagal dan merangsang
pelepasan aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan air serta
meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga memiliki efek pada miosit
serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung (Jackson G, 2000).
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yang
memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat.
Atrial Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap
peregangan menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada manusia Brain
Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel,
kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic peptide terbatas pada endotel
pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan
vasodilatasi minimal. Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai
respon terhadap ekspansi volume dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis
terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi aldosteron dan reabsorbsi
natrium di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic peptide pada gagal
jantung, maka banyak penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker
diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita
gagal jantung (Santoso A, 2007). Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang
meningkat kadarnya pada gagal jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga
didpatkan pada pemberian diuretik yang akan menyebabkan hiponatremia (Santoso
A, 2007).
Endotelin disekresikan
oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan peptide vasokonstriktor yang
poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal, yang
bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1 plasma akan
semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.
Disfungsi diastolik
merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding ventrikel
dan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada pengisian
ventrikel saat diastolik. Penyebab tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi
dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab
lain seperti infiltrasi pada penyakit jantung amiloid. Walaupun masih
kontroversial, dikatakan 30 – 40 % penderita gagal jantung memiliki kontraksi
ventrikel yang masih normal. Pada penderita gagal jantung sering ditemukan
disfungsi sistolik dan diastolic yang timbul bersamaan meski dapat timbul
sendiri.
Patogenesis
pada gagal jantung kiri dapat disimpulkan sebagai berikut:
Patofisiologi gagal jantung kiri
Bendungan sistemik
Aliran darah ke atrium dan ventrikel
kiri menurun atau terjadi gangguan fungsi pompa
ventrikel
Curah jantung kiri menurun dan
tekanan akhir diastole ventrikel kiri meningkat
Edema paru
Gangguan sistem pernafasan
Dan
patofisiologi gagal jantung kanan adalah, sebagai berikut:
Gangguan fungsi pompa ventrikel
Curah jantung kanan menurun dan
tekanan akhir sistole ventrikel kanan meningkat
Bendungan pada vena-vena sistemik,
tekanan vena kava meningkat
Hambatan arus balik vena
Bendungan sistemik
Sedangkan patofisiologi
untuk gagal jantung kongestif adalah gabungan dari patofisiologi gagal jantung
kiri dan kanan.
F. Diagnosis Gagal Jantung
a. Pemeriksaan Fisik
§
Gejala dan tanda sesak nafas
§
Edema paru
§
Peningkatan JVP
§
Hepatomegali
§
Edema tungkai
b. Pemeriksaan Penunjang
§
Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio
kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis.
Universitas Sumatera Utara
§
Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan,
LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak berhubungan
dengan fungsi ventrikel kiri.
§
Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian
besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertropi LV,
gangguan konduksi, aritmia.
§
Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis
gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan
diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub
jantung dapat disinggirkan.
§
Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi
ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal
jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan.
§
Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi
ventrikel dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari ekokardiografi
sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional
penyakit jantung koroner.
G. Pengobatan Gagal Jantung
Dalam penatalaksanaan
atau perawatan pasien dengan kasus penyakit gagal jantung, ada tiga hal
mendasar yang menjadi acuan, diantaranya ; Pengobatan terhadap Gagal jantung
sendiri, Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan Pengobatan terhadap
faktor pencetus.
Termasuk dalam pengobatan
medikamentosa yaitu mengurangi retensi cairan dan garam, meningkatkan
kontraktilitas dan mengurangi beban jantung. Sedangkan penanganan secara umum
meliputi istirahat, pengaturan suhu dan kelembaban, oksigen, pemberian cairan
dan diet.
Pemberian obat-obatan,
seperti obat inotropik (digitalis, obat inotropik intravena), obat vasodilator
(arteriolar dilator : hidralazin), venodilator (nitrat, nitrogliserin), mixed
dilator (prazosin, kaptopril, nitroprusid), diuretik serta obat-obatan
disritmia.
Tindakan pembedahan, hal
ini biasanya dilakukan untuk mengatasi penyakit jantung bawaan (paliatif,
korektif) dan penyakit jantung didapat (valvuloplasti, penggantian katup).
G. Asuhan Keperawatan pada Gagal
Jantung
1. Pengkajian
a. Riwayat
Kesehatan/Keperawatan
Keluhan Utama :
§ Lemah beraktifitas
§ Sesak nafas
§ Nyeri bagian dada
Riwayat Penyakit Sekarang
:
§ - Penyebab kelemahan fisik setelah
melakukan aktifitas ringan sampai berat.
§ - Seperti apa kelemahan melakukan
aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
§ - Apakah kelemahan fisik bersifat local
atau keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
§ - Bagaimana nilai rentang kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
§ - Kapan timbulnya keluhan kelemahan
beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu,
saat istirahat ataupun saat beraktifitas.
Riwayat Penyakit Dahulu :
§ - Apakah sebelumnya pernah menderita
nyeri dada, darah tinggi, DM, hiperlipidemia.
§ - Obat apa saja yang pernah diminum
yang berhubungan dengan obat diuretic, nitrat, penghambat beta serta
antihipertensi. Apakah ada efek samping dan alergi obat.
Riwayat Keluarga :
§ - Penyakit apa yang pernah dialami
keluarga dan adakah anggota keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya.
§ - Situasi tempat kerja dan
lingkungannya
§ - Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
§ - Kebiasaan merokok
b. Pemeriksaan
Fisik
Keadaan Umum
Didapatkan kesadaran baik atau compos
mentis dan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf
pusat
Breathing
• Terlihat sesak
• Frekuensi nafas melebihi normal
Bleeding
• Inspeksi : adanya parut, keluhan
kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
• Palpasi : denyut nadi perifer
melemah, thrill
• Perkusi : Pergeseran batas jantung
• Auskultasi : Tekanan darah menurun,
bunyi jantung tambahan
Brain
• Kesadaran biasanya compos mentis
• Sianosis perifer
• Wajah meringis, menangis, merintih,
meregang dan menggeliat.
Bladder
• Oliguria
• Edema ekstrimitas
Bowel
• Mual
• Muntah
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan
Bone
• Kelemahan
• Kelelahan
• Tidak dapat tidur
• Pola hidup menetap
• Jadwal olahraga tak teratur
Psikososial
• Integritas ego : menyangkal, takut
mati, marah, kuatir.
• Interaksi social : stress karena
keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping.
c. Pemeriksaan Penunjang
§
Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio
kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis.
Universitas Sumatera Utara
§
Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan,
LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak berhubungan
dengan fungsi ventrikel kiri.
§
Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian
besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertropi LV,
gangguan konduksi, aritmia.
§
Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis
gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan
diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub
jantung dapat disinggirkan.
§
Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi ginjal
sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan gagal jantung
sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan.
§
Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi
ventrikel dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari ekokardiografi
sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional
penyakit jantung koroner.
2. Pengkajian Fungsional Gordon
1. Persepsi dan
Penanganan Kesehatan
§
Apa yang dikeluhkan klien, mis: lemah beraktifitas, sesak nafas, nyeri
bagian dada.
§ Bagaimana
hasil pengkajian yang dilakukan perawat terhadap klien.
§ Bagaimana pendapat pasien tentang penyakit yang dideritanya.
§ Apa yang
sudah dilakukan klien sebelum datang ke RS terhadap penyakit yang dideritanya.
§ Bagaimana penggunaan alat keamanan di rumah dan factor
resiko timbulnya penyakit.
§ Bagaimana
gambaran kesehatan keluarga, apakah keluarga juga pernah ada yang menderita
penyakit yang sama.
§ Bagaiamana
Vital Sign klien.
2. Pola Nutrisme/Metabolisme
§ Bagaimana diet yang dilakukan oleh klien
sebelum masuk RS dan selama di RS.
§ Apa saja yang dikonsumsi klien setiap harinya
§ Bagaimana
nafsu makan klien dan keluhan apa yang terjadi pada klien ketika makan atau
minum.
§ Apakah klien
mempunyai makanan kesukaan yang dapat memperburuk keadaan
§ Apakah klien
suka makan makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol tinggi.
§ Bagaimana
perubahan berat badan klien dalam 6-9 bulan terakhir.
§ Bagaimana
perubahan pada kulit klien, misalnya terdapat lesi, kering, bengkak, gatal.
§ Kaji apakah
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dan bagaimana perkembangannya.
3. Pola
Eliminasi
§
Bagaimana pengeluaran urine dan feses klien setiap harinya
§
Berapa frekuensi defekasi dan miksi klien seharinya
§
Bagaimana gambaran pola defekasi atau karakteristiknya
§
Apakah klien menggunakan alat bantu dalam melakukan
eliminasi.
4. Pola
Aktivitas
§ Bagaimana klien melakukan pekerjaan/
beraktivitas seharinya
§ Sebelum klien merasa
sakit, apa saja
yang dilakukan klien setiap harinya
§ Apakah klien
kesulitan dalam bernapas
§ Apakah klien
menggunakan alat bantu atau meminta bantuan kepada orang lain untuk berjalan/
melakukan aktivitasnya.
§ Bagaimana
dengan kondisi klien, apakah lemas, terlihat meringis, merasa nyeri, dll.
§ Kaji berapa
kekuatan otot klien (1-5) dan level fungsional (0-IV)
§ Bagaimana
dengan TTV klien, apakah mempengaruhi pola aktivitasnya.
5. Pola
Istirahat Tidur
§ Apakah tidur klien setiap harinya cukup.
§ Apakah keluhan/
sakit yang
diderita klien
mengganggu pola tidurnya.
§ Berapa lama
tidur klien di malam hari dan jam berapa klien bangun.
§ Bagaimana
dengan kualitas tidur klien.
§ Bagaimana
kebiasaan klien sebelum tidur.
§ Apakah klien
mengalami kesulitan dalam tidur setiap harinya.
6. Pola
Kognitif-Persepsi
§ Apakah klien mengalami gangguan dengan fungsi
indra.
§ Apakah klien
mengeluhkan pusing, bagaimana gambarannya.
§ Bagaimana
sensitifitas klien terhadap penyakit yang dideritanya.
§ Apakah klien
merasa nyeri, bagaimana skala dan karakteristiknya.
7. Persepsi Diri-Konsep Diri
§ Bagaimana
klien menilai dirinya sendiri
§ Apakah penyakit
yang dideritanya tersebut mempengaruhi gambaran diri klien.
§ Apa yang
membebani pikiran klien
§ Apakah klien
merasa takut, cemas, depresi, dsb.
8. Pola
Seksualitas/Reproduksi
§ Bagaimana pola dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
disekitarnya
§ Apakah penyakit yang dideritanya mengganggu pola
dan peran tersebut
§ Bagaimana
klien mengatasi masalah dengan keluarga/ orang terdekatnya.
§ Bagaimana
dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik klien.
§ Bagaimana
keadaan keuangan klien yang dapat membebani keluarganya.
9. Seksualitas-Reproduksi
§ Bagaimana respon seksualitas klien
§ Apakah
kehidupan seksualitas klien aktif
§ Apakah klien
mengalami kesulitan/ perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seksualnya.
10. Koping-Toleransi Stres
§ Apakah klien menkonsumsi obat untuk
menghilangkan stres
§ Bagaimana keadaan emosi klien sehari-hari
11. Nilai dan Kepercayaan
§
Apa dan bagaimana keyakinan klien terhadap penyakit yang
dideritanya
§
Apakah ada nilai atau kepercayaan pribadi yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan klien.
§
Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup klien.
3. Aplikasi NANDA, NOC (Kriteria
Hasil), dan NIC (Intervensi)
Diagnosa, NOC, dan NIC
yang dapat mungkin terjadi pada pasien gagal jantung, diantaranya:
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan ; perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural
DS:
- Klien merasa nyeri dada
- Klien terlihat cemas
DO:
-
Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran
pola EKG
-
Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
-
Bunyi ekstra (S3 & S4)
-
Penurunan keluaran urine
-
Nadi perifer tidak teraba
-
Kulit dingin kusam
-
Ortopnea, krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
NOC (Kriteria hasil):
§
Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala
gagal jantung,
§
Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina,
§
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
NIC (Rencana Intervensi):
§
Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
§
Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama
Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni.
Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
§
Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi
radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang
atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
§
Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat.
Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat
norml lagi.
§
Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap
tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi
sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena
peningkatan kongesti vena.
§
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner.
DS:
- Klien merasa nyeri di
bagian dada sebelah kirinya
DO:
- Klien terlihat meringis
menahan nyeri
- Klien terlihat pucat
dan berkeringat
- TTV klien menunjukkan
peningkatan karena klien terlihat gelisah, takut, cemas
dan terlihat sesak napas
NOC (Kriteria hasil):
- Rasa nyeri yang dialami
berkurang
- Klien dapat mengontrol
nyeri
NIC (Rencana Intervensi)
:
§
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebarannya
Rasional : dapat mengetahui perkembangan yang terjadi
§
Anjurkan untuk melaporkan nyeri dengan segera
Rasional : nyeri yang dirasakan untuk dapat dihilangkan dengan segera.
§
Berikan lingkungan yang tenang, aktifitas perlahan
Rasional : lingkungan yang tenang dapat meningkatkan rileksasi otot dan
dapat menurunkan nyeri yang dirasakan.
§
Bantu melakukan teknik relaksasi
Rasional : meminimalkan rasa nyeri yang dirasakan
§
Berikan oksigen tambahan
Rasional : dalam keadaan sakit seseorang membutuhkan suplay oksigen yang
adekuat dan dengan tercukupnya oksigen yang masuk akan memberikan rasa nyaman
dan rilek dan meminimalkan kontraksi otot dada yang berlebih untuk mendapatkan
oksigen. Kontraksi otot dapat menyebabkan rasa nyeri.
§
Kolaborasi pemberian obat anti nyeri.
Rasional : memungkinkan pemenuhan kebutuhan untuk menurunkan rasa sakit
dan nyeri yang dirasakan.
3. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, edema dan penurunan perfusi
jaringan.
DS:
- Klien merasa lemas
DO:
- Klien terlihat lemas
- Terjadinya kerusakan
integritas kulit
- Kulit klien terlihat
merah/ pucat.
NOC (Kriteria hasil):
§
Mempertahankan integritas kulit,
§
Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
NIC (Rencana Intervensi):
§
Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi
fisik dan gangguan status nutrisi.
§
Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
§
Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran
darah.
§
Berikan perawatan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
§
Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi
obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C
Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan).
Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September, Hal. 443 - 450
Doenges
Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien),
Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Junadi P,
Atiek S, Husna A. 1982. Kapita
selekta Kedokteran (Efusi Pleura).
Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia. Hal.206 - 208
Wilson
Lorraine M,. 1995. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2,
Edisi 4. Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.
http://www.infopenyakit.com/2009/07/penyakit-gagal-jantung.html
http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview
http://id.wikipedia.org/wiki/Patofisiologi_gagal_jantung_kronik
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3489/1/gizi-bahri8.pdf
http://bedah46.blogspot.com/2009/02/gagal-jantung.html
http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/gagal-jantungmudah-lelah-baru-aja-jalan.html
Slot machines - Harrah's Cherokee Casino Resort
BalasHapusA list of casino gaming 전주 출장샵 locations in the 당진 출장샵 Eastern Band of Cherokee, NC. Check out the 김포 출장안마 list and see if you 여수 출장마사지 can play. Rating: 4.4 · 광명 출장샵 13 reviews