I. PENGERTIAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.
II. PENYEBAB
Virus
dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
III. Tanda
dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
Masa tunas / inkubasi terjadi selama 3 - 15 hari sejak
seseorang terserang virus dengue.
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah
sebagai berikut:
1.
Demam
tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2.
Pada
pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3.
Adanya
bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang
air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan
lain-lainnya.
4.
Terjadi
pembesaran hati (Hepatomegali).
5.
Tekanan
darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6.
Pada
pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7.
Timbulnya
beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8.
Mengalami
perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9.
Demam
yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik
merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
IV.
PATOFISIOLOGI
1. Patofisiologi
/ Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Virus
dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a,
C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus
juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka
akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak
teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
1. aktivasi
sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular,
2. agregasi
trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda
dari sumsum tulang dan
3. kerusakan
sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga
faktor tersebut akan menyebabkan
(1) peningkatan
permiabilitas kapiler;
(2)
kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati
2. Proses
Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Penyebaran penyakit DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga
pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada
penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.
3. Pengobatan Penyakit Demam
Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita
penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan
syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5
sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui
infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah
platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap
keluhan yang timbul, misalnya :
- Paracetamol membantu menurunkan
demam
- Garam elektrolit (oralit) jika
disertai diare
- Antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak
perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis
menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang
umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya
belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat
mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
4. Pencegahan Penyakit Demam
Berdarah
Pencegahan dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif
di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang
banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode
pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
1.
Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat.
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah.
2.
Pemeliharaan
ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri
(Bt.H-14).
3.
Pengasapan/fogging
(dengan menggunakan malathion dan fenthion).
4. Memberikan bubuk abate
(temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga,
kolam, dan lain-lain.
V. Manifestasi
Klinis
Manifestasi
klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya
begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam
Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock
Syndrome (DSS), (Soegijanto, 2000).
Diagnosis
Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria
ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria
Klinis
Demam
tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 1-7 hari.
Terdapat
manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
Uji
tourniquet positif
Petekia,
ekimosis,purpura
Perdarahan
mukosa,epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis
dan atau melena
Hematuria
Pembesaran
hati (hepatomegali).
Manifestasi
syok/renjatan
Kriteria
Laboratoris :
Trombositopeni
(trombosit < 100.000/ml)
Hemokonsentrasi
(kenaikan Ht > 20%)
Manifestasi
klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu :
a. Derajat I:
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi
perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
b. Derajat II :
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan
atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.
c. Derajat III:
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, gelisah.
d. Derajat IV :
Syok
berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DBD
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
DHF merupakan penyakit
daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy,
1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit
kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan
menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aides Aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang
bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air
minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
Pengkajian Per Sistem
1. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat terjadi DSS
3. Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV
nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi
perdarahan spontan pada kulit.
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko
defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
3. Resiko
syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
5. Resiko
terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni).
6. Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1. resiko tinggi kekurangan cairan
|
Klien diharapkan mampu :
-
menurunkan suhu tubuh
|
|
Evaluasi
·
Suhu tubuh normal
·
Tidak terjadi devisit voume cairan
·
Tidak terjadi syok hipovolemik
·
Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
·
Tidak terjadi perdarahan
·
Ansietas berkurang/terkontrol
·
orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.
Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan 1 :
Hipertermie berhubungan dengan penyakit
(proses infeksi virus dengue)
Tujuan :
·
Suhu tubuh normal
·
Kriteria :
·
Suhu tubuh antara 36 – 37
·
Nyeri otot hilang
Intervensi
:
·
Kaji suhu tubuh pasien. Rasional : mengetahui
peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
·
Beri kompres air hangat. Rasional : mengurangi panas
dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas
secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
·
Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000
cc/hari (sesuai toleransi). Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi.
·
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis
dan mudah menyerap keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
·
Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi. Rasional : Mendeteksi
dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
·
Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian
obat sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
2. Diagnosa Keperawatan 2 :
Resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Tujuan :
Tidak
terjadi defisit voume cairan
Kriteria :
·
Input dan output seimbang
·
Vital sign dalam batas normal
·
Tidak ada tanda presyok
·
Akral hangat
·
Capilarry refill < 2 detik
Intervensi
:
·
Awasi vital sign/ TTV tiap 3 jam/sesuai indikasi.
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi
fluktuasi cairan intravaskuler
·
Observasi capillary Refill. Rasional : Indikasi
keadekuatan sirkulasi perifer
·
Observasi intake dan output. Catat warna urine /
konsentrasi, BJ. Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan
BJ diduga dehidrasi.
·
Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai
toleransi ). Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
·
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional :
Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic
syok.
3. Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan :
Tidak
terjadi syok hipovolemik
Kriteria
:
Tanda
Vital dalam batas normal
Intervensi
:
1. Monitor
keadaan umum pasien. Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan
terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok
/syok.
2. Observasi
vital sign setiap 3 jam atau lebih. Rasional : Perawat perlu terus
mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
3. Jelaskan
pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan. Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda
perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat
segera diberikan.
4. Kolaborasi
: Pemberian cairan intravena. Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk
mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
5. Kolaborasi
: pemeriksaan : HB, PCV, trombosit. Rasional : Untuk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan
lebih lanjut.
4. DP 4 :
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun.
Tujuan :
Tidak
terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria
:
1. Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
2. Menunjukkan
berat badan yang seimbang.
Intervensi
:
1. Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional : Mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2. Observasi
dan catat masukan makanan pasien. Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas
kekurangan konsumsi makanan
3. Timbang
BB tiap hari (bila memungkinkan). Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi
efektifitas intervensi.
4. Berikan
makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional :
Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga
mencegah distensi gaster.
5. Berikan
dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
6. Hindari
makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan distensi dan
iritasi gaster.
5. DP 5 :
Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan
darah (trombositopeni)
Tujuan :
Tidak
terjadi perdarahan
Kriteria
:
1. TD 100/60
mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
2. Tidak ada
tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi
:
1. Monitor
tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional :
Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada
tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
2. Anjurkan
pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ). Rasional : Aktifitas pasien yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
3. Berikan
penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan
seperti : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan pasien dan
keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
4. Antisipasi
adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah
terjadinya perdarahan lebih lanjut.
5. Kolaborasi,
monitor trombosit setiap hari. Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap
hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami pasien.
6. DP 6 :
Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan :
Ansietas
berkurang/terkontrol.
Kriteria
:
1. Klien
melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
2. Tidak ada
manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi
:
1. Kaji dan
dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. Rasional : memudahkan intervensi.
2. Kaji
mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas.
3. Lakukan
pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan. Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4. Motivasi
pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan
yang positif terhadap terapy yang di jalani. Rasional : alat untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
5. Berikan
penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas. Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa
dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang
dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
6. Anjurkan
pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. Rasional : menciptakan perasaan yang
tenang dan nyaman.
7. Sediakan
informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut
diagnosis, perawatan dan prognosis. Rasional : meningkatkan pengetahuan,
mengurangi kecemasan.
8. Kolaborasi
pemberian obat anti ansietas. Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
Daftar Pustaka
Hidayat,
Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba Medika :
Jakarta
Nasrul,
Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer,
Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Suriadi
& Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan
pada Anak. Sagung Seto : Jakarta
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar