Rabu, 02 November 2011

Masalah Gizi Utama


A. Pengantar Masalah Gizi
            Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di perkotaan. Dengan kata lain, saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).
            Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Ukuran kualitas SDM dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat. Upaya pengembangan kualitas SDM dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).
            Kekurangan gizi pada umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat di mana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa (Adisasmito, 2007).
            Masalah Gizi adalah Gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang  atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidak seimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.
            Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan kurus - mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi gangguan tersebut dapat bersifat  permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan  demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pangan  dengan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat.
            Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro. Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A. Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikena sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A.
            Masalah gizi yang utama yaitu:
1. Penyakit gizi makro
            a. Kelebihan
                        - Kegemukan (overweight)
                        - Obesitas (Obesity)-penyakit degenerative
            b. Kekuranga
                        - Kerang energi dan protein (KEP)
2. Penyakit gizi mikro
            a. Anemia gizi besi (Iron Deficiency Anemia)
            b. Xerophthalmia (Vitamin A Deficiency)
            c. GAKY (Iodine Deficiency Desease)

B. Penyebab Utama Masalah Gizi
            Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan. Menyeimbangkan antara ketersediaan pangan dan sesuai dengan daya beli masyarakat dengan meminimalkan ketergantungan akan impor menjadi hal yang cukup sulit dilaksanakan. Secara umum, permasalahan gizi dan pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a.       faktor demografi
      seperti pertambahan jumlah penduduk, lajupertumbuhan penduduk yang tinggi, besarnya proporsi penduduk usia muda,penyebaran penduduk yang tidak merata, perubahan susunan penduduk
b.      faktorsosial ekonomi
      dimana terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat,meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang secara baik langsung berpengaruhpada pendapatan keluarga.
c.       perkembangan IPTEK
      dimana terjadinya arus moderenisasiyang membawa banyak perubahan pada pola hidup masyarakat termasuk pada pola makan.
Perkembangan Konsumsi Pangan
            Intake zat gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi seseorang merupakan salah satu penyebab langsung dari timbulnya masalah gizi. Rata-rata konsumsi energi penduduk Indonesia tahun 2002 adalah sekitar 202 kkal/kap/hari yang berarti sekitar 90.4 persen dari kecukupan yang dianjurkan. Sementara rata-rata konsumsi protein sekitar 54,4 telah melebih kecukupan protein yang dianjurkan baru mencapai 90,4 persendari kecukupan gizi yang dianjurkan sebesar 2200 kkal/hari.     
            Dari berbagai penelitian dan pemantauan pada konsumsi gizi masyarakat, ketidak seimbangan atau gangguan yang muncul dapat mengakibatkan :
1.      Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit(imunitas), yang berdampak pada
tingginya angka penyakit infeksi dan kematian bayi dan balita
2.      Gangguan pertumbuhan fisik, pada siklus kehidupan manusia sejak janin, bayi baru
lahir,balita yang dapat berdampak sampai dewasa
3.      Gangguan perkembangan otak: pada janin, bayi dan balita yang berdampak pada
kecerdasan pada usia sekolah
4.      Rendahnya produktifitas kerja
5.      Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya  

C. Jenis Masalah Gizi
            Jenis masalah gizi didasarkan pada ketidak seimbangan asupan makanan terhadap kebutuhan tubuh, yaitu:
1. Ketidak seimbangan karena kekurangan asupan dari kebutuhan tubuh.
            Biasa disebut dengan gizi yang kurang atau yang lazim disebut dengan gizi kurang atau biasa juga diistilahkan dengan kelaparan, baik yang kentara maupun tidak kentara. Gizi kurang juga dibedakan atas kekurangan komponen-komponen gizinya yaitu gizi kurang makro dan gizi kurang mikro. Gizi kurang makro dikenal dengan kurang energi protein. Sedang gizi kurang mikro yang banyak ditemukan atau menjadi masalah adalah Kurang Zat Yodium, Kurang Zat Besi, Kurang Vitamin A, Kurang Zat Zeng, Kurang Asam Folat, Kurang Vitamin B12 dan lain-lain. Dampak atau akibat Kurang Gizi MAKRO, bila terjadi pada ibu hamil maka bayi yang akan dilahirkan mempunyai Berat Badan Lahir Rendah (Kurang 2500 gram), Pada bayi dan anak Pertumbuhan Barat dan Tinggi Badan Anak Terganggu (anak pendek dan atau kurus), bahkan Perkembangan Otak Anak terganggu (Terbelakang /Bodoh /IQ Rendah), mudah Jatuh Sakit dan beresiko mengakibatkan kematian, yang kesemuanya berimplikasi pada penurunan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), tanda bahwa generasi tua kurang  mempersiapkan generasi mudah penerus cita-cita bangsa.

2. Ketidak seimbangan karena kelebihan asupan dari kebutuhan tubuh akan zat-zat (gizi) yang terdapat dalam makanan.
            Dikenal dengan istilah gizi lebih, contohnya kegemukan dan penyakit Degeneratif. Gizi lebih ini lebih dikenal dengan lebih Karbohirat atau banyak makan dan juga lebih lemak atau banyak makan lemak/minyak masakan. Kesemuanya dikenal dengan istilah energi lebih. Contoh penyakit gizinya, bila kelebihan Karbohidrat maka dalam darah akan kelebihan glukosa, bila glukosa ini sempat diproses menjadi glikogen maka seseorang akan terlihat Kegemukan, bila glukosa tidak sempat diproses menjadi glikogen alias glukosa darah tetap tinggi maka seseorang akan menderita penyakit gula, akan lebih parah lagi bila seseorang telah mengalami proses degeneratif. Ini terjadi juga pada keadan gizi lebih karena lebih lemak atau banyak makan lemak/minyak masakan, lemak yang dimakan akan tertimbun pada pembulu darah dan ini akan menimbulkan penyakit jantung, penyakit darah tinggi dan akibat-akibat lainnya.

D. Masalah-Masalah Gizi Utama
        1. Kurang Energi Protein (KEP)
            Disebut juga dengan protein energi malnutrition (PEM)/ protein calori malnutrition (PCM), yang merupakan penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/ meneteki (buteki). Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi ada kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition), sedangkan derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas.

1. Penyebab
a.       Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
b.      Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
c.       Pengetahuan yang kurang tentang gizi
d.      Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
e.       Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
f.       Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI
g.      Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi

2. Gejala Klinis KEP Ringan
a.       Pertumbuhan mengurang atau berhenti
b.      BB berkurang, terhenti bahkan turun
c.       Ukuran lingkar lengan menurun
d.      Maturasi tulang terlambat
e.       Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
f.       Tebal lipat kulit normal atau menurun
g.      Aktivitas dan perhatian kurang
h.      Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan

3. Pembagian
            a. Marasmus
            Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Penyebab:
·         Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
·         Kebiasaan makanan yang tidak layak
·         Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan

Tanda dan gejala:
·         Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
·         Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
·         Mental cengeng
·         Feces lunak atau diare
·         Rambut hitam, tidak mudah dicabut
·         Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang
·         Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
·         Torax atau sela iga cekung
·         Atrofi otot, tulang terlihat jelas
·         Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
·         Frekuensi nafas berkurang
·         Kadar Hb berkurang
·         Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin

b. Kwashiorkor
            Kwashiokor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Penyebab:
·         Kekurangan protein dalam makanan
·         Gangguan penyerapan protein
·         Kehilangan protein secara tidak normal
·         Infeksi kronis
·         Perdarahan hebat

Tanda dan gejala
·         Wajah seperti bulan “moon face”
·         Pertumbuhan terganggu
·         Sinar mata sayu
·         Lemas-lethargi
·         Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
·         Rambut merah, jarang, mudah dicabut
·         Jaringan lemak masih ada
·         Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput)
·         Iga normal-tertutup oedema
·         Atrofi otot
·         Anoreksia
·         Diare
·         Pembesaran hati
·         Anemia
·         Sering terjadi acites
·         Oedema

c. Kwashiorkor-Marasmik
            Kelainan ini memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor.

4. Penatalaksanaan
            Secara umum
a.       Ruangan cukup hangat dan bersih
b.      Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
c.       Pencegahan infeksi nosokomial
d.      Penimbangan BB tiap hari

            Secara khusus
a.       Resusitasi dan terapi komplikasi
b.      Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)
c.       Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A
d.      Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat

            Penanganan Secara Khusus KEP Berat:
a.       Rujukan pelayanan gizi di posyandu
b.      Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi
c.       ASI eksklusif

            Dietetik
a.       Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral
b.      Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering)
c.       Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan setiap saat)

5. Persiapan pulang
a.       Gejala klinik tidak ada
b.      Nafsu makan baik
c.       Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan yang sehat
6. Komplikasi
a.       Infeksi saluran pencernaan
b.      Defisiensi vitamin
c.       Depresi mental

7. Program Pemerintah – Penanggulangan KEP
            Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama:
a.       Ibu hamil
b.      Bayi
c.       Balita
d.      Anak-anak sekolah dasar

8. Keterpaduan Kegiatan
a.       Penyuluhan gizi
b.      Peningkatan pendapatan
c.       Peningkatan pelayanan kesehatan
d.      Keluarga berencana
e.       Peningkatan peran serta masyarakat

9. Kegiatan
            Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan posyandu.

        2. Obesitas
            Obesitas (Obecity) adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas.
BB > tidak selalu obesitas

1. Penyebab
a.       Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan
b.      Aktifitas fisik yang rendah
c.       Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
d.      Laju pertumbuhan yang sangat cepat
e.       Genetik atau faktor keturunan
f.       Gangguan hormon

2. Gejala
a.       Terlihat sangat gemuk
b.      Lebih tinggi dari anak normal seumur
c.       Dagu ganda
d.      Buah dada seolah-olah berkembang
e.       Perut menggantung
f.       Penis terlihat kecil

3. Terdapat 2 Golongan Obesitas
·         Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
·         Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat

4. Resiko/ Dampak Obesitas
a.       Gangguan respon imunitas seluler
b.      Penurunan aktivitas bakterisida
c.       Kadar besi dan seng rendah

5. Penatalaksanaan
            Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama. Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumlah energi dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial. Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan mengubah perilaku makan, mengatasi gangguan psikologis, meningkatkan aktivitas fisik, membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan. Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke rumah sakit, konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin).

        3. Anemia
            Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.
            Macam-macam anemia:
a.       Anemia defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.
b.      Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang matang, bisa diakibatkan defisiensi vitamin B12
c.       Anemia aplastik adalah anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik atau aplastik

Anemia Defisiensi Besi
            Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi. Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen. Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.
Ciri-cirinya:
a.       Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
b.      Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu

Tanda dan gejala:
a.       Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
b.      Lemah
c.       Lesu
d.      Hb rendah
e.       Sering berdebar
f.       Papil lidah atrofi
g.      Takikardi
h.      Sakit kepala
i.        Jantung membesar

Dampak:
a.       Produktivitas rendah
b.      SDM untuk generasi berikutnya rendah

Penyebab:
            - Sebab langsung
a.       Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi
b.      Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
c.       Infeksi penyakit
            - Sebab tidak langsung
                        Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah.

            - Sebab mendasar
a.       Pendidikan wanita rendah
b.      Ekonomi rendah
c.       Lokasi geografis (daerah endemis malaria)

Kelompok sasaran prioritas:
a.       Ibu hamil dan menyusui
b.      Balita
c.       Anak usia sekolah
d.      Tenaga kerja wanita
e.       Wanita usia subur

Penanganan:
            Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui. Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita. Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah. Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita. Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS).

        4. Defisiensi Vitamin A
            Prevalensi tertinggi terjadi pada balita.
1. Penyebab:
a.       Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
b.      Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
c.       MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
d.      Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll)
e.       Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid
f.       Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)

2. Gejala
a.       Keadaan reversible (dapat sembuh): buta senja, serosis konjungtiva, serosis kornea, bercak bitot.
b.      Keadaan irreversible (sulit sembuh): ulserasi kornea, keratomalasia.

3. Tanda dan gejala defisiensi Vitamin A:
a.       Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
b.      Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl

4. Tanda hipervitaminosis:
- Akut
·         Mual, muntah
·         Fontanela meningkat
- Kronis
·         Anoreksia
·         Kurus
·         Cengeng
·         Pembengkakan tulang

5. Klasifikasi KVA
a.       XN      : buta senja (night blindess only)
b.      X1A    : konjungtiva mongering (conjunctiva serosis)
c.       X1B    : bercak bitot dan konjungtiva mongering (bitot spot+conjunctiva serosis)
d.      X2       : kornea mongering/ serosis
e.       X3A    : ulserasi kornea dan kornea mongering
f.       X3B    : keratomalasia
g.      XS       : parut kornea (cornea scars)
h.      XF       : xeraphthalmia fundus
            X1A s.d X2 bersifat reversible
            X3A s.d XF bersifat irreversible
            Deteksi KVA dilakukan dengan inspeksi/ pemeriksaan terhadap mata.

6. Upaya pemerintah
            Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A, fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU).
            Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU). Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU,  usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai usia. Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)

Catatan:
            Vitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air. Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas  dan mortalitas, dan pneumonia.

        5. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
            GAKY dalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama. Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium. Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok.

1. Dampak
a.       Pembesaran kelenjar gondok
b.      Hipotiroid
c.       Kretinisme
d.      Kegagalan reproduksi
e.       Kematian
f.       Defisiensi pada janin

            Dampak dari kekurangan yodium pada ibu hamil:
a.       Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
b.      Terjadi kretinisme endemis
c.       Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
d.      Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)

2. Defisiensi
            Defisiensi pada BBL
a.       Penting untuk perkembangan otak yang normal
b.      Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium

            Defisiensi pada anak
a.       Puncak kejadian pada masa remaja
b.      Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
c.       Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan

            Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
Tingkat 0      : tidak ada pembesaran kelenjar
Tingkat IA   : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat IB    : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat II     : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5 meter
Tingkat III   : terlihat nyata dari jarak jauh

            Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
Bayi < 1tahun             : 100 mg
Balita 1-5 tahun          : 200 mg
Wanita 6-35 tahun      : 400 mg
Ibu hamil (bumil)        : 200 mg
Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
Pria 6-20 tahun            : 400 mg
            GAKY tidak berhubungan denga tingkat sosek melainkan dengan geografis.
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium:
a.       Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotor
b.      Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
c.       Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah), gangguan perkembangan
d.      Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium

            Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.

3. Pencegahan/ Penanggulangan
a.       Fortifikasi        : garam
b.      Suplementasi   : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium

E. Upaya Intervensi Perbaikan Masalah Gizi
            Masalah gizi masih menjadi tema masalah kesehatan utama di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Nasional (Susenas, 2005) prevalensi balita dengan gizi kurang sejumlah 28%. Angka bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akibat ibu menderita kurang energi protein dan menderita anemia saat hamil (bumil KEK) juga masih tinggi.
            Karena itulah, program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan, yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pola hidup sehat bagi masyarakat. Hal ini dilakukan melalui rangkaian upaya berkesinambungan.
            Dimulai dari perumusan masalah, tujuan yang jelas, penentuan startegi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi kegiatan yang tepat serta adanya kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan di berbagai tingkat administrasi.
            Secara umum upaya perbaikan gizi yang telah dilaksanakan di puskesmas, meliputi:
1.      Penyuluhan Masalah Gizi di Posyandu
2.      Penimbangan Bayi, Balita di Posyandu
3.      Pemberian Suplemen Gizi, berupa kapsul vitamin A, kapsul minyak beryodium, tablet besi.
4.      Pemanfaatan Fortifikasi Garam Beryodium
5.      Pemberian Makanan Tambahan, termasuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
6.      Pemantauan dan Penanganan Gizi Buruk
            Untuk mencapai tujuan itu, perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan kontinyu.
  

DAFTAR PUSTAKA

Syarief, Hidayat. 2004. Masalah Gizi di Indonesia: Kondisi Gizi Masyarakat Memprihatinkan. Jakarta
http://antiunfair.blogspot.com/2011/01/gizi-buruk.html
http://arali2008.wordpres.
http://lenteraimpian.wordpress.com/masalah-masalahgizidiIndonesia
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-indonesia-2/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3774/1/fkm-linda.pdf
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1088142057,65767,
http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.5_GESMAN_01_08.pdf
http://www.nutritionnutrition.com/Index.htm.
http://www.pewarta-indonesia.com/Warta-Berita/Ekonomi/meningkatkan-ketersedian-pangan-a-
http://www.puskel.com/6-upaya-intervensi-perbaikan-masalah-gizi/
http://www.puskel.com/?s=6+Upaya+Intervensi+Perbaikan+Masalah+Gizigizi-keluarga-dengan-pemanfaatan-lahan-pekarangan.html.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=gambar%20gizi%20buruk&source=web&cd=11&ved=0CFIQFjAK&url=http%3A%2F%2Fwww.muenster.de
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=gambar%20gizi%20buruk&source=web&cd=10&ved=0CEsQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fwww.lrc-kmpk.ugm.ac.id